cara behaviour driven development terbaik

Behaviour Driven Development (BDD) adalah pendekatan pengembangan perangkat lunak yang fokus pada kolaborasi antara pengembang, tester, dan pemangku kepentingan bisnis dalam merancang, mengembangkan, dan menguji perangkat lunak. Dalam BDD, skenario pengujian ditulis dalam bahasa yang mudah dipahami oleh semua pihak terkait, seperti bahasa alami atau Gherkin, yang kemudian dieksekusi oleh alat pengujian otomatis.

Dalam artikel ini, kami akan membahas cara-cara terbaik untuk mengimplementasikan BDD dalam pengembangan perangkat lunak. Kami akan menjelajahi langkah-langkah penting dalam proses BDD, alat-alat yang digunakan, dan manfaat yang dapat diperoleh dari pendekatan ini.

Menentukan Fitur dan Skenario Uji

Pertama-tama, langkah penting dalam BDD adalah menentukan fitur-fitur perangkat lunak yang akan dikembangkan dan skenario pengujian yang terkait. Fitur-fitur ini sebaiknya didasarkan pada kebutuhan bisnis yang jelas dan terukur. Menentukan fitur-fitur dengan cermat membantu memastikan bahwa perangkat lunak yang dikembangkan memenuhi kebutuhan pengguna dan pemangku kepentingan bisnis. Setelah fitur-fitur ditentukan, tim dapat mengidentifikasi skenario-skenario uji yang relevan untuk fitur-fitur tersebut.

Mengidentifikasi Kebutuhan Bisnis

Langkah pertama dalam menentukan fitur-fitur perangkat lunak adalah mengidentifikasi kebutuhan bisnis yang spesifik. Tim harus berkomunikasi dengan pemangku kepentingan bisnis untuk memahami kebutuhan mereka dalam pengembangan perangkat lunak. Ini melibatkan diskusi mendalam dan analisis kebutuhan bisnis yang melibatkan tim pengembang, tester, dan pemangku kepentingan bisnis. Dengan memahami kebutuhan bisnis dengan baik, tim dapat menentukan fitur-fitur yang paling relevan dan berharga untuk dikembangkan.

Mendefinisikan Fitur dan Manfaatnya

Setelah kebutuhan bisnis teridentifikasi, langkah berikutnya adalah mendefinisikan fitur-fitur yang akan dikembangkan. Setiap fitur harus jelas dan terukur, dengan manfaat yang jelas bagi pengguna dan pemangku kepentingan bisnis. Fitur-fitur ini harus dapat memberikan solusi untuk masalah atau kebutuhan yang ada. Selain itu, manfaat dari setiap fitur harus dapat dijelaskan dengan jelas kepada tim pengembang, tester, dan pemangku kepentingan bisnis. Dengan mendefinisikan fitur-fitur dengan baik, tim dapat memiliki panduan yang jelas dalam pengembangan perangkat lunak.

Menentukan Skenario Uji

Setelah fitur-fitur ditentukan, tim harus melangkah lebih lanjut untuk menentukan skenario-skenario uji yang relevan. Skenario-skenario ini harus mencakup situasi atau kondisi yang dapat diuji untuk memastikan bahwa fitur-fitur berfungsi dengan baik. Misalnya, jika ada fitur pembayaran dalam perangkat lunak, skenario uji dapat mencakup pengujian apakah proses pembayaran berjalan lancar, apakah notifikasi pembayaran dikirim dengan benar, dan sebagainya. Menentukan skenario-skenario uji yang lengkap membantu memastikan bahwa perangkat lunak diuji secara menyeluruh dan berfungsi sesuai yang diharapkan.

Menulis Skenario dalam Bahasa Gherkin

Setelah fitur-fitur dan skenario-skenario pengujian ditentukan, langkah selanjutnya adalah menulis skenario-skenario tersebut dalam bahasa Gherkin. Gherkin adalah bahasa yang mudah dibaca dan dipahami oleh semua pihak terkait, termasuk pengembang, tester, dan pemangku kepentingan bisnis. Skenario-skenario ini harus mencakup langkah-langkah yang spesifik dan jelas yang harus diikuti dalam pengujian.

Menentukan Nama Skenario

Pertama-tama, setiap skenario harus memiliki nama yang jelas dan deskriptif. Nama skenario harus mencerminkan situasi atau kondisi yang diuji dalam skenario tersebut. Misalnya, jika skenario menguji fitur login, nama skenario dapat menjadi “Pengguna yang Tidak Terdaftar Tidak Bisa Masuk”. Dengan memberikan nama yang jelas, tim pengembang dan tester dapat dengan mudah mengidentifikasi dan memahami skenario-skenario yang ada.

Menentukan Langkah-Langkah dalam Skenario

Setelah nama skenario ditentukan, langkah-langkah dalam skenario harus dituliskan secara rinci. Setiap langkah harus menjelaskan tindakan yang harus dilakukan dan hasil yang diharapkan. Langkah-langkah ini harus sangat spesifik dan jelas, sehingga tidak ada ambiguitas dalam pengujian. Misalnya, langkah pertama dalam skenario login dapat menjadi “Pengguna membuka halaman login”. Dengan menentukan langkah-langkah dengan jelas, tim pengembang dan tester dapat mengikuti skenario dengan cermat.

Menggunakan Kata Kunci Gherkin

Gherkin memiliki kata kunci khusus yang digunakan untuk menentukan langkah-langkah dalam skenario. Kata kunci ini membantu dalam membaca dan memahami skenario-skenario dalam Gherkin. Beberapa kata kunci Gherkin umum meliputi Given, When, Then, And, dan But. Kata kunci Given digunakan untuk menggambarkan kondisi awal sebelum tindakan dilakukan. Kata kunci When digunakan untuk menggambarkan tindakan yang diambil. Kata kunci Then digunakan untuk menggambarkan hasil yang diharapkan setelah tindakan dilakukan. Kata kunci And dan But digunakan untuk menambahkan langkah-langkah tambahan dalam skenario. Dengan menggunakan kata kunci Gherkin, tim pengembang dan tester dapat dengan mudah memahami urutan dan tujuan setiap langkah dalam skenario.

Melakukan Automasi Pengujian

Setelah skenario-skenario pengujian ditulis, langkah berikutnya adalah mengotomatiskan pengujian tersebut. Ada banyak alat pengujian otomatis yang dapat digunakan untuk melaksanakan skenario-skenario BDD, seperti Cucumber, Behave, atau JBehave. Dengan mengotomatiskan pengujian, tim dapat menghemat waktu dan upaya yang diperlukan untuk menjalankan pengujian secara manual.

Memilih Alat Pengujian Otomatis

Langkah pertama dalam mengotomatiskan pengujian adalah memilih alat pengujian otomatis yang cocok untuk proyek yang sedang dikembangkan. Setiap alat memiliki kelebihan dan kelemahan masing-masing, jadi penting untuk melakukan penelitian dan mempertimbangkan kebutuhan proyek. Beberapa faktor yang perlu dipertimbangkan dalam pemilihan alat pengujian otomatis termasuk kemampuan bahasa Gherkin, integrasi dengan alat pengembangan lainnya, dan ketersediaan dokumentasi dan dukungan. Dengan memilih alat yang tepat, tim dapat dengan mudah mengimplementasikan skenario-skenario pengujian dalam lingkungan pengujian otomatis.

Menulis Skrip Pengujian

Setelah alat pengujian otomatis dipilih, langkah berikutnya adalah menulis skrip pengujian yang mengotomatiskan skenario-skenario BDD. Skrip pengujian harus mencerminkan langkah-langkah dalam skenario dengan menggunakan sintaks yang sesuai dengan alat pengujian otomatis yang digunakan. Misalnya, jika alat pengujian otomatis menggunakan bahasa pemrograman Python, skrip pengujian harus ditulis dalam bahasa Python dan mengikuti sintaks yang diperlukan. Menulis skrip pengujian yang baik memastikan bahwa skenario-skenario pengujian dapat dieksekusi secara otomatis dengan hasil yang akuratdan konsisten.

Mengelola Data Uji

Selama proses pengujian otomatis, seringkali diperlukan pengelolaan data uji yang efisien. Data uji dapat mencakup data masukan, data pengujian, atau data yang dibutuhkan untuk menguji fitur-fitur tertentu. Penting untuk memiliki strategi yang baik dalam mengelola data uji, termasuk membuat dataset yang memadai, mengatur data uji dalam struktur yang terorganisir, dan memastikan kebersihan dan keakuratan data. Dengan mengelola data uji dengan baik, tim pengembang dan tester dapat menjalankan pengujian dengan lancar dan efisien.

Kolaborasi antara Tim Pengembang dan Tester

BDD mendorong kolaborasi yang erat antara tim pengembang dan tester. Kolaborasi yang baik dapat membantu memastikan bahwa skenario-skenario pengujian yang ditulis mencakup semua kemungkinan kasus uji yang relevan. Tim pengembang dan tester harus bekerja bersama untuk memahami kebutuhan bisnis, merancang skenario-skenario pengujian, dan memastikan bahwa perangkat lunak yang dikembangkan memenuhi semua persyaratan bisnis. Kolaborasi ini juga melibatkan diskusi rutin, pertukaran ide, dan pemecahan masalah bersama. Dengan kolaborasi yang baik, tim dapat meningkatkan kualitas perangkat lunak dan mencapai tujuan pengembangan dengan efektif.

Mengadakan Pertemuan Rutin

Pertemuan rutin antara tim pengembang dan tester sangat penting untuk memastikan kolaborasi yang efektif. Pertemuan ini dapat berupa pertemuan harian, pertemuan mingguan, atau pertemuan ad hoc untuk membahas kemajuan, masalah, dan perubahan dalam pengembangan perangkat lunak. Pertemuan rutin membantu meningkatkan komunikasi antara tim, memastikan pemahaman yang jelas tentang kebutuhan dan harapan, dan mengatasi masalah atau hambatan yang mungkin muncul selama proses pengembangan. Dengan pertemuan rutin, tim dapat tetap sinkron dan bergerak maju menuju tujuan pengembangan dengan efisien.

Menerapkan Prinsip Kolaborasi

Prinsip kolaborasi adalah pendekatan dalam BDD yang menekankan pentingnya kerja tim dan keterlibatan semua pihak terkait. Tim pengembang dan tester harus bekerja bersama untuk menentukan fitur-fitur, menulis skenario-skenario pengujian, dan mengimplementasikan perangkat lunak. Prinsip ini mendorong tim untuk saling mendengarkan, memberikan umpan balik, dan bekerja sama dalam mengatasi masalah atau tantangan yang muncul. Dengan menerapkan prinsip kolaborasi, tim dapat memastikan bahwa setiap langkah dalam pengembangan perangkat lunak dilakukan dengan baik dan sesuai dengan harapan semua pihak terkait.

Menjalankan Skenario Uji

Setelah skenario-skenario pengujian dikembangkan dan diotomatiskan, tim harus menjalankan skenario-skenario ini secara teratur untuk memastikan bahwa perangkat lunak berfungsi dengan baik. Menjalankan skenario-skenario pengujian membantu mengidentifikasi masalah atau bug yang mungkin muncul, serta memastikan bahwa perangkat lunak memenuhi semua persyaratan dan harapan. Selama proses pengujian, tim harus mencatat hasil pengujian dengan teliti, termasuk kesalahan yang terjadi, output yang dihasilkan, dan catatan lain yang relevan. Informasi ini akan berguna dalam melakukan analisis lebih lanjut dan perbaikan yang diperlukan.

Mengelola Hasil Pengujian

Hasil pengujian harus dikelola dengan baik untuk memastikan bahwa masalah atau bug yang ditemukan ditangani dengan tepat. Setiap hasil pengujian harus dicatat dalam bentuk yang terstruktur dan dapat dipahami oleh seluruh tim. Informasi yang dicatat harus mencakup detail tentang kesalahan atau bug yang ditemukan, langkah-langkah untuk mereproduksi masalah, dan langkah-langkah yang telah diambil untuk memperbaiki masalah. Dengan mengelola hasil pengujian dengan baik, tim dapat melacak kemajuan pengujian, mengidentifikasi tren masalah, dan mengambil tindakan yang diperlukan untuk meningkatkan kualitas perangkat lunak.

Menganalisis Hasil Pengujian

Setelah menjalankan skenario-skenario pengujian, tim harus menganalisis hasil pengujian dengan cermat. Analisis ini melibatkan memeriksa setiap hasil pengujian, mengidentifikasi masalah atau bug yang ditemukan, dan memahami penyebabnya. Tim juga harus melihat tren hasil pengujian untuk mengidentifikasi area yang membutuhkan perbaikan lebih lanjut. Dalam analisis hasil pengujian, tim dapat menggunakan laporan pengujian, grafik, atau metode lain untuk menggambarkan temuan dan membuat keputusan yang tepat dalam perbaikan dan pengembangan selanjutnya.

Menggunakan Laporan Pengujian

Alat-alat BDD sering menyediakan laporan pengujian yang terperinci. Laporan ini memberikan informasi tentang hasil pengujian, kesalahan atau bug yang ditemukan, dan statistik pengujian. Tim pengembang dan tester dapat menggunakan laporan ini untuk melacak kemajuan pengujian, mengidentifikasi masalah yang muncul, dan memantau kualitas perangkat lunak. Laporan pengujian ini dapat membantu tim dalam mengambil tindakan yang diperlukan untuk meningkatkan kualitas perangkat lunak, seperti melakukan perbaikan atau mengoptimalkan fitur-fitur tertentu. Dengan menggunakan laporan pengujian, tim dapat memiliki visibilitas yang jelas tentang kualitas perangkat lunak yang dikembangkan.

Melakukan Integrasi Kontinu

Integrasi Kontinu (Continuous Integration) adalah praktik dalam BDD yang melibatkan penggabungan kode secara teratur oleh tim pengembang. Dengan melakukan integrasi kontinu, tim dapat memastikan bahwa semua perubahan kode yang dilakukan oleh setiap anggota tim berfungsi dengan baik dan tidak menyebabkan konflik. Hal ini membantu mencegah terjadinya masalah integrasi yang kompleks dan meningkatkan efisiensi pengembangan. Integrasi kontinu juga memungkinkan tim untuk segera mendeteksi masalah atau bug yang mungkin muncul akibat perubahan kode baru. Dengan melakukan integrasi kontinu, tim dapat memastikan bahwa perangkat lunak selalu dalam keadaan yang baik dan siap untuk diuji.

Menggunakan Alat CI/CD

Untuk menerapkan integrasi kontinu, tim pengembang dapat menggunakan alat CI/CD (Continuous Integration/Continuous Deployment) yang sesuai. Alat CI/CD membantu dalam otomatisasi proses integrasi, pengujian, dan penyebaran perangkat lunak. Alat ini dapat diatur untuk menjalankan skenario-skenario pengujian secara otomatis setelah perubahan kode tergabung. Selain itu, alat CI/CD juga dapat memantau kualitas perangkat lunak dan memberikan laporan tentang hasil pengujian. Dengan menggunakan alat CI/CD yang tepat, tim pengembang dapat meningkatkan efisiensi dan efektivitas dalam menerapkan integrasi kontinu dan mendapatkan hasil yang konsisten.

Menerapkan Prinsip “Ubah Sekarang atau Tunda”

Dalam BDD, ada prinsip yang dikenal sebagai “Ubah Sekarang atau Tunda” (Refactor Now or Postpone). Prinsip ini mengajarkan bahwa jika ada perubahan atau peningkatan yang perlu dilakukan pada perangkat lunak, itu sebaiknya dilakukan segera daripada ditunda. Dengan menerapkan prinsip ini, tim dapat memastikan bahwa perangkat lunak selalu dalam keadaan yang baik dan mudah dikembangkan di masa depan. Jika ada kesempatan untuk melakukan perbaikan atau peningkatan, tim harus segera mengambil tindakan yang diperlukan. Hal ini melibatkan pengidentifikasian area perangkat lunak yang perlu diperbaiki atau ditingkatkan, merancang dan menerapkan perubahan yang sesuai, serta melakukan pengujian ulang untuk memastikan bahwa perbaikan atau peningkatan berhasil. Dengan menerapkan prinsip “Ubah Sekarang atau Tunda”, tim dapat menjaga kualitas perangkat lunak agar tetap optimal dan siap menghadapi tantangan masa depan.

Menggunakan Pendekatan “Outside-In”

Pendekatan “Outside-In” adalah pendekatan yang digunakan dalam BDD untuk mengembangkan perangkat lunak dari sudut pandang pengguna. Dalam pendekatan ini, tim pengembang harus berpikir seperti pengguna saat menulis skenario-skenario pengujian dan mengimplementasikan fitur-fitur perangkat lunak. Pendekatan “Outside-In” membantu memastikan bahwa perangkat lunak yang dikembangkan memenuhi kebutuhan pengguna dan memberikan pengalaman pengguna yang baik.

Melihat dari Sudut Pandang Pengguna

Dalam pendekatan “Outside-In”, tim pengembang harus melihat perangkat lunak dari sudut pandang pengguna. Mereka harus memahami kebutuhan dan harapan pengguna yang akan menggunakan perangkat lunak tersebut. Tim harus memikirkan bagaimana pengguna akan berinteraksi dengan perangkat lunak dan apa yang mereka harapkan dari fitur-fitur yang ada. Dengan memahami perspektif pengguna, tim dapat merancang skenario-skenario pengujian yang relevan dan mengimplementasikan fitur-fitur yang memberikan nilai tambah bagi pengguna.

Mendapatkan Umpan Balik Pengguna

Pendekatan “Outside-In” juga melibatkan mendapatkan umpan balik dari pengguna perangkat lunak yang dikembangkan. Tim pengembang dapat melakukan pengujian beta atau meminta pengguna untuk memberikan masukan tentang pengalaman mereka menggunakan perangkat lunak. Umpan balik ini dapat membantu tim dalam memperbaiki fitur-fitur yang ada, mengidentifikasi kekurangan, dan menambahkan fitur-fitur baru yang diinginkan oleh pengguna. Dengan mendapatkan umpan balik pengguna, tim dapat terus meningkatkan kualitas dan kinerja perangkat lunak.

Melibatkan Pemangku Kepentingan Bisnis

Terakhir, tetapi tidak kalah pentingnya, BDD mendorong keterlibatan pemangku kepentingan bisnis dalam pengembangan perangkat lunak. Pemangku kepentingan bisnis harus terlibat dalam menentukan fitur-fitur yang akan dikembangkan, meninjau skenario-skenario pengujian, dan memberikan umpan balik yang berharga. Dengan melibatkan pemangku kepentingan bisnis, tim dapat memastikan bahwa perangkat lunak yang dikembangkan sesuai dengan kebutuhan dan harapan mereka.

Komunikasi yang Efektif dengan Pemangku Kepentingan Bisnis

Pemangku kepentingan bisnis harus secara aktif terlibat dalam proses pengembangan perangkat lunak. Tim pengembang harus berkomunikasi dengan pemangku kepentingan bisnis untuk memahami kebutuhan dan tujuan mereka. Pertemuan rutin, presentasi, atau diskusi kelompok adalah beberapa cara yang efektif untuk berkomunikasi dengan pemangku kepentingan bisnis. Tim juga harus mendengarkan dengan cermat umpan balik dari pemangku kepentingan bisnis dan menggunakan informasi tersebut untuk memperbaiki dan mengembangkan perangkat lunak yang lebih baik.

Melakukan Demo Produk Berkala

Demo produk berkala adalah cara yang efektif untuk melibatkan pemangku kepentingan bisnis dalam pengembangan perangkat lunak. Tim pengembang dapat secara teratur melakukan demo produk kepada pemangku kepentingan bisnis untuk menunjukkan perkembangan yang telah dicapai dan mendapatkan umpan balik langsung dari mereka. Demo produk membantu dalam memvalidasi fitur-fitur yang dikembangkan, mengidentifikasi kebutuhan baru, dan memastikan bahwa perangkat lunak memenuhi harapan pemangku kepentingan bisnis. Dengan melakukan demo produk berkala, tim dapat menjaga keterlibatan dan kepuasan pemangku kepentingan bisnis.

Dalam kesimpulan, BDD adalah pendekatan pengembangan perangkat lunak yang dapat meningkatkan kualitas perangkat lunak melalui kolaborasi antara pengembang, tester, dan pemangku kepentingan bisnis. Dengan mengikuti langkah-langkah terbaik dalam BDD, tim pengembang dapat mengembangkan perangkat lunak yang sesuai dengan kebutuhan bisnis, memberikan pengalaman pengguna yang baik, dan mencapai tujuan pengembangan dengan efektif.